Kamis, 29 Maret 2012

Aplikasi Edukasi Open Source Terbaik Bagi Pra Sekolah dan TK

Mengajarkan Teknologi Informasi (TI) sedini mungkin akan membekali anak mengenali pengetahuan dasar seperti apa teknologi informasi tersebut.
Namun alangkah baiknya juga disertai menanamkan penghargaan pada hak cipta atas teknologi informasi yang menjadi alat dan bahan ajar bagi anak didik.
Pemerintah sendiri berusaha melindungi hak cipta melalui UU HAKI No.19 Tahun 2002 mengatur tentang Hak Cipta.

Di Indonesia pada umumnya, termasuk Banjarmasin khususnya, sudah menjadi rahasia umum, bagaimana tingkat penghargaan masyarakat akan hak cipta atas produk-produk TI.
Sebuah komputer dianggap hal yang lumrah bila menginstall Sistem Operasi Windows atau berbagai aplikasi seperti Microsoft Office dari hasil salinan media yang beredar tanpa perlu mengeluarkan biaya kepemilikan yang disebut lisensi.

Namun berbeda dengan material atau barang yang memiliki wujud, perangkat lunak tidak berwujud dan bisa digandakan dengan mudah sehingga masyarakat tidak merasakan bahwa mereka sebenarnya harus memiliki "hak memiliki" sebagaimana bila mereka membeli buku, baju, dan berbagai barang yang berwujud lainnya.
Selain itu perangkat lunak bisa menjadi seperti candu yang menyebabkan penggunanya "ketagihan" dan tidak mau menggunakan perangkat lunak yang lain.

Disinilah pentingnya penghargaan atas produk TI ikut ditanamkan sedini mungkin. Dimulai dari para pendidiknya hingga ke anak didik. Karena hanya dengan cara demikian masyarakat terutama generasi penerus akan berubah cara pandangannya terhadap penghargaan hak cipta perangkat lunak produk TI.

Kembali kepada masalah pendidikan TI bagi Anak Pra Sekolah dan TK, pemilihan perangkat lunak yang sesuai dengan tumbuh kembang anak pada usia pra sekolah dan TK harus dilakukan secara hati-hati. Prinsip bermain sambil belajar disini harus dikedepankan.

Bagi sekolah yang menggunakan sistem operasi berbayar seperti Windows tentu harus siap dengan dana lebih untuk membeli perangkat lunak baik untuk sistem operasi maupun aplikasinya untuk menumbuhkembangkan kreativitas, imajinasi, serta melatih saraf motorik anak.
Contohnya adalah permainan mengenal warna, mengenal gambar, dan mengenal bunyi.

Lalu bagaimana dengan sekolah yang tidak memiliki dana lebih bagi pengadaan perangkat lunak TI?
Solusinya adalah menggunakan perangkat lunak bebas dan terbuka (FOSS, Free and Open Source Software atau lebih sering disebut Open Source saja). Kata Free disini bukan berarti gratis, namun lebih memiliki arti bebas. Software atau perangkat lunak berbasis sistem operasi seperti Linux dapat digunakan sebagai materi atau bahan ajar.

Berbeda dengan perangkat lunak Windows yang lisensinya eksklusif diatur oleh pembuatnya, perangkat lunak FOSS memiliki lisensi GPL (GNU Public License) yang dikelola oleh GNU Project.
Lisensi GPL dimaksudkan bahwa sebuah software seharusnya bebas untuk dipelajari, digunakan, digandakan atau dimodifikasi karena dengan cara demikian akan terjadi proses penyempurnaan terhadap software tersebut.


Install GCompris dari Ubuntu Software Center
Untuk pendidikan anak pra sekolah dan TK, dari pengalaman anak saya yang diajarkan aplikasi berbayar Microsoft Word dan Microsoft Paint saat bersekolah TK dibandingkan menggunakan aplikasi Open Source seperti GCompris saat berada di rumah.
Ternyata menggunakan GCompris sudah lebih dari cukup untuk memperkenalkan TI kepada anak.
Anak saya saat TK sudah bisa menghidupkan komputer, login, menjalankan program, hingga mematikan kembali komputer baik di sistem operasi Windows maupun Linux.

Entah apakah ada sekolah TK di Banjarmasin yang sudah menggunakan GCompris?
Pada websitenya disebutkan GCompris adalah perangkat lunak pendidikan yang berisi banyak kegiatan untuk anak usia 2 sampai 10.
Beberapa kegiatan berorientasi permainan, tapi tetap mengandung unsur pendidikan.


Tampilan pembuka GCompris
Di bawah ini adalah daftar kategori dengan beberapa kegiatan di dalamnya.
Permainan menebak warna pada GCompris
Pengenalan Komputer : belajar menggunakan Keyboard dan Mouse.
Belajar mengenal jam pada GCompris
Mengenal Lingkungan : aktivitas suara, warna, lorong, mengingat, waktu, geografi.
Mencocokkan nama gambar pada GCompris
Teka Teki : menyusun gambar, teka-teki tangram, otak super, menara hanoi, membangun model, mencari perbedaan gambar, memindahkan kotak, sudoku, dll
Permainan membangun model pada GCompris
Aktivitas Menyenangkan : sepak bola, menggambar bebas (Menggunakan program Tux Paint), pengolah kata, hexagon, chatting, membuat animasi (gambar bergerak)
Matematika : urutan bilangan, perhitungan, geometri

Permainan klik huruf pada GCompris
Aktivitas Membaca : klik pada huruf, mencocokkan angka, latihan membaca, melengkapi kata, nama gambar
Permainan terjun payung pada GCompris
Aktivitas Percobaan : penerjun payung, mengoperasikan saluran, belajar siklus air,belajar kelistrikan, mengemudikan kapal selam, lomba kapal layar
Permainan Strategi : latihan catur, congklak, mengisi batang, 4 bersambung
Hingga tulisan ini dibuat, GCompris berisi lebih dari 80 kegiatan dan masih terus berkembang.

Keunggulan GCompris selain tersedia secara bebas, ketersediaan paket bahasa indonesia memberi nilai tambah karena anak dapat langsung memahami interaksi dari komputer.

Salah satu keunggulan lainnya yang jarang ditemui pada perangkat lunak pendidikan anak lainnya adalah fasilitas statistik dan laporan kemampuan penggunanya melalui konfigurasi kelas, murid-murid, kelompok, maupun dari nama login.



Tampilan laporan penggunaan GCompris
Laporan ini nantinya bisa menjadi data yang berguna bagi guru dalam memetakan kelemahan sang anak agar bisa dilakukan perbaikan pada kemampuannya.

Walaupun demikian terdapat berbagai kekurangan disana sini. Misalnya kata-kata seperti "Aktifitas" bukan merupakan kata-kata yang baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mungkin akan menjadi pekerjaan rumah untuk dikoreksi. Kata yang benar adalah "Aktivitas".

Terlepas dari berbagai kelebihan. GCompris tetaplah hanya sarana mencerdaskan anak. Selama menggunakannya tetap perlu bimbingan guru atau orang tua.

Mari gunakan perangkat lunak FOSS untuk mencerdaskan generasi penerus kita.



Salam Open Source.

Rabu, 21 Maret 2012

Menginstall Driver AMD Radeon 6290 di Asus Eee PC 1215B

Kebetulan baru saja membeli Notebook Asus Eee PC 1215B.
Pada spesifikasi yang saya beli Layar 12 inchi, Prosessor AMD Brazos, harddisk 320 GB, RAM 4 GB, Grafis AMD Radeon 6290.
Karena tanpa OS, saya memutuskan menginstall Ubuntu 11.10 64 bit (menyesuaikan kemampuan prosessor yang 64 bit). Namun ternyata saat mencoba mengaktifkan driver Radeon 6290 terjadi error dan setelah googling ternyata memang driver AMD Radeon 6290 belum tersedia.
Dari hasil googling pula diterangkan bahwa kita bisa saja menginstall driver tersebut secara manual. Namun disitu pula muncul masalah lain.
Jika kita sudah pernah gagal mengaktifkan via menu Additional Driver, maka kita harus bisa membuang seluruh flgrx secara tuntas agar proses install bisa berjalan sempurna.
Resikonya jika gagal maka komputer saat boot tidak akan bisa lagi masuk ke tampilan login.
Karena hal tersebut, saya lebih merekomendasikan install Ubuntu 11.10 fresh install atau reinstall Ubuntu 11.10 saja. Saya menggunakan file .iso yang berasal dari DVD InfoLinux edisi 11/2011 yang diinstall ke USB Flashdisk.
Pada saat mengaktifkan Additional Driver jangan mengaktifkan ATI/AMD Flgrx Proprietary Driver. Mengaktifkan Broadcom Wireless driver bisa dilakukan karena tidak berpengaruh ke driver grafis.


Sebagai persiapan centang seluruh repository yang ada di Ubuntu dan update data repository-nya
$ sudo apt-get update

Install paket berikut ini yang diperlukan untuk membangun file .deb driver Radeon tersebut nantinya
$ sudo apt-get install debhelper dh-modaliases execstack dpkg-dev

Download driver dari website amd.com http://support.amd.com/us/gpudownload/Pages/index.aspx Ingat pilih yang versi 64 bit. Letakkan pada sebuah folder tersendiri, misalnya
$ mkdir catalyst11.10
$ mv amd-driver-installer-12-2-x86.x86_64.run catalyst11.10/

Masuk ke folder tersebut dan ubah permission file
$ cd catalyst11.10
$ chmod +x amd-driver-installer-12-2-x86.x86_64.run

Lihat paket apa saja yang bisa dibuild
$ sudo ./amd-driver-installer-12-2-x86.x86_64.run --listpkg

Lakukan build untuk Ubuntu/oneiric
$ sudo ./amd-driver-installer-12-2-x86.x86_64.run --buildpkg Ubuntu/oneiric

Setelah selesai, install 3 file .deb yang dihasilkan, namun install lebih dulu paket pendukung yang diperlukan:
$ sudo apt-get install lib32gcc1 libc6-i386
$ sudo dpkg -i fglrx_8.950-0ubuntu1_amd64.deb fglrx-amdcccle_8.950-0ubuntu1_amd64.deb fglrx-dev_8.950-0ubuntu1_amd64.deb

Kini tinggal melakukan konfigurasi.
$ sudo aticonfig --initial

Terakhir lakukan reboot komputer.
Setelah login kembali, periksa versi driver flgrx
$ fglrxinfo
display: :0 screen: 0
OpenGL vendor string: Advanced Micro Devices, Inc.
OpenGL renderer string: AMD Radeon HD 6290 Graphics
OpenGL version string: 4.2.11554 Compatibility Profile Context

Kini kita sudah bisa melihat jendela Catalyst Control Center
Selesai.
Kepustakaan :
help.ubuntu.com/community/BinaryDriverHowto/ATI
wiki.ubuntu.com/X/Troubleshooting/FglrxInteferensWithRadeonDriver
ubuntuforums.org/showthread.php?t=1867217

Rabu, 14 Maret 2012

Sejarah Linux : Berawal Dari Sebuah Hobi

Tulisan pertama belajar menulis blog.

Tanggal 25 Agustus 1991 bagi kalangan pecinta dan pengguna Linux diperingati sebagai hari kelahiran sistem operasi tersebut.
Latar Belakang dan Kondisi saat itu memang merupakan masa-masa dimana teknologi komputer yang dimotori perusahaan Intel mulai menghasilkan perangkat keras yang semakin cepat dan terjangkau bagi masyarakat umum. Namun dalam bidang perangkat lunak terutama sistem operasi terasa kering dan sangat sedikit pemain yang ada. Disaat itu Sistem Operasi DOS benar-benar berjaya melalui strategi pemasaran yang pintar dari Microsoft. Pilihan lain yang ada adalah Apple Mac namun harganya sangatlah mahal. Satu pesaing lain, Unix. Namun untuk mendapatkannya setali tiga uang, sangatlah mahal. Kebanyakan vendor Unix mematok harga sangat mahal sehingga pengguna PC biasa tidak dapat menggunakannya.

Sedikit harapan muncul dari Sistem Operasi MINIX yang ditulis oleh Andrew S. Tanenbaum, seorang profesor ilmu komputer di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda yang ingin mengajarkan kepada mahasiswanya bagaimana cara kerja sebuah Sistem Operasi komputer.
andrew_tanenbaum
Andrew_Tanenbaum (id.wikipedia.org)
Keunggulan dari MINIX adalah ketersediaan kode sumber program dalam bahasa C dan Assembly, sehingga siapa saja yang membaca buku karangan profesor tersebut dapat mempelajarinya.
Buku yang membahas MINIX
Salah satu dari mereka yang membaca dan mempelajarinya adalah Linus Torvalds. Siapakah Linus Torvalds? Linus yang bernama lengkap Linus Benedict Torvalds, pada tahun 1991 adalah mahasiswa tahun kedua di Universitas Helsinki, Finlandia, jurusan Ilmu Komputer. Linus yang kebanyakan belajar secara otodidak menyenangi kegiatan hacking dalam mempelajari kemampuan sebuah komputer.
Linus Torvalds (id.wikipedia.org)
Pada saat yang bersamaan muncul gerakan GNU Project yang dicetuskan oleh Richard Matthew Stallman, bagaikan seorang nabi, ia aktif menyebarkan paham kebebasan dalam dunia perangkat lunak: sebuah software seharusnya bebas untuk dipelajari, digunakan, digandakan atau dimodifikasi karena semakin banyak yang mempelajari dan menggunakan akan terjadi proses penyempurnaan yang terus menerus sehingga nantinya akan melahirkan software yang semakin berkualitas. Untuk dapat dipelajari, kode sumber program bebas tersedia bagi umum. Inilah yang menyebabkan mengapa gerakan ini disebut juga gerakan Free and Open Source Software (FOSS) atau cukup disebut Open Source.
Richard Matthew Stallman (id.wikipedia.org) 
GNU Project dimulai pada tahun 1983. Salah satu yang berhasil dibuat adalah GNU C Compiler (GCC) yang sudah mulai dibuat oleh Stallman sejak tahun 1984.
Dengan software GCC dan Bash buatan GNU Project, Linus mulai bereksperimen membuat sistem operasi buatannya sendiri. Kegiatan pembuatan sistem operasi tersebut ia posting pada news group MINIX dengan harapan mendapat tanggapan dan saran dari anggota news group. Inilah saat kelahiran sistem operasi baru buatan Linus. Berikut ini isi emailnya :
From: torvalds@klaava.Helsinki.FI (Linus Benedict Torvalds) Newsgroups: comp.os.minix Subject: What would you like to see most in minix? Summary: small poll for my new operating system Message-ID: <1991Aug25.205708.9541@klaava.Helsinki.FI> Date: 25 Aug 91 20:57:08 GMT Organization: University of Helsinki Hello everybody out there using minix - I'm doing a (free) operating system (just a hobby, won't be big and professional like gnu) for 386(486) AT clones. This has been brewing since april, and is starting to get ready.I'd like any feedback on things people like/dislike in minix, as my OS resembles it somewhat (same physical layout of the file-system(due to practical reasons) among other things). I've currently ported bash(1.08) and gcc(1.40), and things seem to work. This implies that I'll get something practical within a few months, and I'd like to know what features most people would want. Any suggestions are welcome, but I won't promise I'll implement them :-) Linus (torvalds@kruuna.helsinki.fi) PS. Yes - it's free of any minix code, and it has a multi-threaded fs. It is NOT protable (uses 386 task switching etc), and it probably never will support anything other than AT-harddisks, as that's all I have :-(.
Dengan tanggapan yang cukup baik dari email sebelumnya, Linus mulai memperbaiki sistem operasi-nya. Setelah dirasa cukup keluarlah versi 0.01 pada pertengahan September 1991 dan ditempatkan dalam server FTP kampusnya di ftp.funet.fi, agar dapat diunduh/download oleh siapa saja yang berminat mempelajarinya. Dengan cepat terjadi perbaikan, versi 0.02 dirilis pada tanggal 05 Oktober 1991 dan pada bulan Desember 1991 sudah mencapai versi 0.10. Sebetulnya Linus ingin menamakan sistem operasi buatannya "Freax", yang merupakan kombinasi Freak, Free dan X dari Unix. Namun Ari Lemmke yang menjadi pengelola server FTP berpendapat "Freax" bukan nama yang ideal, dan tanpa sepengetahuan Linus mengubahnya menjadi "Linux" yakni gabungan Linus dan X dari Unix. Akhirnya nama Linux itulah yang digunakan hingga saat ini.

Banyak muncul Distro-distro linux yang mengusung kekuatan, ketangguhan dan tentunya kemudahan. Sebut saja Redhat sang jagoan urusan server; Suse, Mandriva, Ubuntu, Slackware, dan lain-lain yang mengusung kemudahan penggunaan. Distro atau distribusi adalah sebutan bagi sebuah kompilasi kumpulan Linux dan berbagai software hingga membentuk sebuah sistem operasi lengkap beserta ribuan aplikasi yang siap digunakan untuk berbagai keperluan. Blangkon dan IGOS Nusantara adalah 2 contoh distro dari Indonesia. Linux kini telah merambah berbagai bidang, diantaranya menyusup kedalam Smartphone. Bagi anda pengguna Android, anda sebetulnya sedang menggunakan Linux.

Linux dalam perjalanan sejarahnya memiliki maskot Pinguin. Hewan ini dipilih Linus secara tidak sengaja karena dipatuk hewan tersebut saat berkunjung ke sebuah Akuarium. Visualisasi logonya dikompetisikan kepada umum lewat diskusi pada mailing list Linux Kernel. Logo yang terpilih dibuat oleh Larry Ewing diberi nama Tux yang berasal dari singkatan Torvalds's UniX.
Maskot Linux : Pinguin, bernama Tux (wikipedia.org)

Walaupun kode sumbernya tersedia secara bebas, Linux memiliki nilai jual, ini dibuktikan oleh Red Hat yang go public di tahun 1999 hingga sekarang. Linux sendiri pernah diklaim hak kepemilikan oleh beberapa perusahaan namun berhasil digagalkan. Hak cipta Linux yang menggunakan GNU Public License (GPL) ternyata harus disempurnakan agar mengikuti perkembangan jaman. Karena faktor-faktor tersebut, pada Tahun 2007 didirikanlah lembaga Linux Foundation yang bertugas mempromosikan, melindungi, dan mengatur standar pengembangan Linux.

Perkembangan Linux selanjutnya akan selalu dihadapkan pada sponsorship (karena sering bersifat non-komersial) , kompatibilitas perangkat keras misalnya ketersediaan driver sebuah printer, dan kebiasaan user menggunakan software berbayar misalnya Windows. Meskipun kini Desktop Linux tampil dengan tampilan grafis yang sangat cantik dan dengan prosedur langkah-langkah penggunaan (wizard) yang mudah, tapi pengguna awam masih enggan beralih. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor dominannya penggunaan software bajakan di Indonesia yang sudah seperti kecanduan narkoba. Padahal kebebasan menggunakan, menduplikasi, dan memodifikasi itulah yang diinginkan dan dipraktekkan oleh pengguna software bajakan. Hal tersebut hanya legal pada Linux dan Open Source. Bagi kalangan akademik, Open Source seharusnya memberikan berkah. Mempelajari sebuah sistem operasi, kompiler, berbagai bahasa pemrograman akan lebih mudah karena tersedianya kode sumber program. Dan tidak kalah pentingnya komunitas yang mempelajarinya tersebar diseluruh dunia siap belajar bersama dan berbagi pengetahuan.

Salam Open Source.

Kepustakaan :
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Linux
https://netfiles.uiuc.edu/rhasan/linux/
http://www.linux.com/news/special-feature/stories-of-linux/427910-the-birth-of-linux-how-linux-got-started