Namun alangkah baiknya juga disertai menanamkan penghargaan pada hak cipta atas teknologi informasi yang menjadi alat dan bahan ajar bagi anak didik.
Pemerintah sendiri berusaha melindungi hak cipta melalui UU HAKI No.19 Tahun 2002 mengatur tentang Hak Cipta.
Di Indonesia pada umumnya, termasuk Banjarmasin khususnya, sudah menjadi rahasia umum, bagaimana tingkat penghargaan masyarakat akan hak cipta atas produk-produk TI.
Sebuah komputer dianggap hal yang lumrah bila menginstall Sistem Operasi Windows atau berbagai aplikasi seperti Microsoft Office dari hasil salinan media yang beredar tanpa perlu mengeluarkan biaya kepemilikan yang disebut lisensi.
Namun berbeda dengan material atau barang yang memiliki wujud, perangkat lunak tidak berwujud dan bisa digandakan dengan mudah sehingga masyarakat tidak merasakan bahwa mereka sebenarnya harus memiliki "hak memiliki" sebagaimana bila mereka membeli buku, baju, dan berbagai barang yang berwujud lainnya.
Selain itu perangkat lunak bisa menjadi seperti candu yang menyebabkan penggunanya "ketagihan" dan tidak mau menggunakan perangkat lunak yang lain.
Disinilah pentingnya penghargaan atas produk TI ikut ditanamkan sedini mungkin. Dimulai dari para pendidiknya hingga ke anak didik. Karena hanya dengan cara demikian masyarakat terutama generasi penerus akan berubah cara pandangannya terhadap penghargaan hak cipta perangkat lunak produk TI.
Kembali kepada masalah pendidikan TI bagi Anak Pra Sekolah dan TK, pemilihan perangkat lunak yang sesuai dengan tumbuh kembang anak pada usia pra sekolah dan TK harus dilakukan secara hati-hati. Prinsip bermain sambil belajar disini harus dikedepankan.
Bagi sekolah yang menggunakan sistem operasi berbayar seperti Windows tentu harus siap dengan dana lebih untuk membeli perangkat lunak baik untuk sistem operasi maupun aplikasinya untuk menumbuhkembangkan kreativitas, imajinasi, serta melatih saraf motorik anak.
Contohnya adalah permainan mengenal warna, mengenal gambar, dan mengenal bunyi.
Lalu bagaimana dengan sekolah yang tidak memiliki dana lebih bagi pengadaan perangkat lunak TI?
Solusinya adalah menggunakan perangkat lunak bebas dan terbuka (FOSS, Free and Open Source Software atau lebih sering disebut Open Source saja). Kata Free disini bukan berarti gratis, namun lebih memiliki arti bebas. Software atau perangkat lunak berbasis sistem operasi seperti Linux dapat digunakan sebagai materi atau bahan ajar.
Berbeda dengan perangkat lunak Windows yang lisensinya eksklusif diatur oleh pembuatnya, perangkat lunak FOSS memiliki lisensi GPL (GNU Public License) yang dikelola oleh GNU Project.
Lisensi GPL dimaksudkan bahwa sebuah software seharusnya bebas untuk dipelajari, digunakan, digandakan atau dimodifikasi karena dengan cara demikian akan terjadi proses penyempurnaan terhadap software tersebut.
![]() |
Install GCompris dari Ubuntu Software Center |
Ternyata menggunakan GCompris sudah lebih dari cukup untuk memperkenalkan TI kepada anak.
Anak saya saat TK sudah bisa menghidupkan komputer, login, menjalankan program, hingga mematikan kembali komputer baik di sistem operasi Windows maupun Linux.
Entah apakah ada sekolah TK di Banjarmasin yang sudah menggunakan GCompris?
Pada websitenya disebutkan GCompris adalah perangkat lunak pendidikan yang berisi banyak kegiatan untuk anak usia 2 sampai 10.
Beberapa kegiatan berorientasi permainan, tapi tetap mengandung unsur pendidikan.
![]() |
Tampilan pembuka GCompris |
![]() |
Permainan menebak warna pada GCompris |
![]() |
Belajar mengenal jam pada GCompris |
![]() |
Mencocokkan nama gambar pada GCompris |
![]() |
Permainan membangun model pada GCompris |
Matematika : urutan bilangan, perhitungan, geometri
![]() |
Permainan klik huruf pada GCompris |
![]() |
Permainan terjun payung pada GCompris |
Permainan Strategi : latihan catur, congklak, mengisi batang, 4 bersambung
Hingga tulisan ini dibuat, GCompris berisi lebih dari 80 kegiatan dan masih terus berkembang.
Keunggulan GCompris selain tersedia secara bebas, ketersediaan paket bahasa indonesia memberi nilai tambah karena anak dapat langsung memahami interaksi dari komputer.
Salah satu keunggulan lainnya yang jarang ditemui pada perangkat lunak pendidikan anak lainnya adalah fasilitas statistik dan laporan kemampuan penggunanya melalui konfigurasi kelas, murid-murid, kelompok, maupun dari nama login.
![]() |
Tampilan laporan penggunaan GCompris |
Walaupun demikian terdapat berbagai kekurangan disana sini. Misalnya kata-kata seperti "Aktifitas" bukan merupakan kata-kata yang baku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mungkin akan menjadi pekerjaan rumah untuk dikoreksi. Kata yang benar adalah "Aktivitas".
Terlepas dari berbagai kelebihan. GCompris tetaplah hanya sarana mencerdaskan anak. Selama menggunakannya tetap perlu bimbingan guru atau orang tua.
Mari gunakan perangkat lunak FOSS untuk mencerdaskan generasi penerus kita.
Salam Open Source.